mi_moo

ichaa faizaah faiizaah chaaca

Rabu, 23 Maret 2011

sejarah

6. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada tanggal 4 Mei 1914, didirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging) oleh orang-orang Belanda, seperti Dekker, Sneevliet, dan Brandsteder bersama Semaun. Tujuan berdirinya ISDV adalah menyebarluaskan paham sosial demokratis dengan membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal 23 Mei 1920, nama ISDV diubah menjadi PKI dengan Semaun sebagai ketua, Bergsma sebagai sekretaris, dan Dekker sebagai bendahara. Pada tanggal 24 Desember 1920, PKI mengadakan Kongres Istimewa dan mengambil keputusan untuk bergabung dengan organisasi Komintern. Selanjutnya, PKI berpura-pura setuju menjadi anggota volksraad.
Sejak pemerintahan Belanda, PKI telah mengadakan pemberontakan. Misalnya, pada tahun 1926 Alimin mengadakan pemberontakan di Jawa Barat dan Banten. Kemudian pada tahun 1927, terjadi pemberontakan PKI di Sumatra. Akibatnya, oleh Belanda sejak tahun 1927 PKI dianggap sebagai organisasi terlarang.
7. Taman Siswa
Taman siswa merupakan lembaga pendidikan nasional yang didirikan oleh Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga ini bertujuan menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebudayaan Indonesia. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan Pancadarma Taman Siswa yang meliputi dasar kodrat alam, dasar kemerdekaan, dasar kebudayaan, dasar kebangsaan atau kerakyatan, dan dasar kemanusiaan.
Dalam pendidikan, Taman Siswa hendak mewujudkan system “among” untuk mengadakan pola belajar asah, asih, asuh dan diterapkan pola kepemimpinan “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang artinya seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh, memberi motivasi, dan mendorong untuk maju.
8. Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo, Mr. Budhiarto, dan Dr. Sanusi. Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka. Tujuan ini hendak dicapai dengan asas percaya pada diri sendiri (self help). Artinya, memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri, misalnya mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan koperasi. Itulah sebabnya, PNI tidak mau bekerja sama dengan penjajah (nonkooperatif). Pergerakan PNI didasarkan pada semboyan Marhaenisme, artinya memperjuangkan rakyat miskin.
9. Gerakan wanita
Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak  lewat surat dengan
wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh
Mr. Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah
Terang.
Dari Jawa Barat juga muncul tokoh wanita, yaitu Dewi
Sartika yang berusaha melepaskan tradisi dan adat pingitan bagi wanita seperti kawin
paksa dan poligami.
Perjuangan Kartini dan Dewi Sartika kemudian mengilhami gerakan-gerakan wanita.
a. Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan
penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah
R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, R.R. Rukmini.
b. Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan
tujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung,
Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara,
Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
c. Keutamaan Istri, berdiri di Tasikmalaya (1913) dengan tujuan mendirikan sekolah
untuk anak-anak gadis.
d. Kerajinan Amal Setia, berdiri di Gadang, Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914
dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk
meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan
tangan, dan cara pemasarannya.
e. Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
f. Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
Untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan
menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting
Melajoe di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetom
10. Gerakan buruh
Gerakan buruh adalah organisasi pekerja atau kaum buruh untuk memperjuangkan
nasib mereka. Tujuan organisasi ini adalah memelihara dan memperbaiki syarat perburuhan
dengan mengatur hubungan kerja, mengatur hubungan kerja antara pekerja dan pemerintah,
dan mengatur kaum pekerja sebagai golongan tersusun yang membangun bangsa.
11. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan
perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda
yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. PI
berdiri pada tahun 1908 dengan nama Indische
Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono,
Husein Jayadiningrat, Notosuroto, dan Sumitro
Kolopaking. Setelah kedatangan Soewardi
Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda
(1913), PI bergerak dalam bidang politik. Pada
tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama
menjadi Perhimpunan Indonesia.
Orang Belanda yang memerhatikan penderitaan rakyat Indonesia, misalnya
Mr. Abendanon, Van Deventer, Dr. Snouck Hurgronje, berusaha memperjuangkan nasib
bangsa Indonesia. Pada peringatan ulang tahun ke-15, Indische Vereniging, mengeluarkan
buku berjudul Gedenboek karangan Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.
12. Parindra (Partai Indonesia Raya)
Parindra merupakan gabungan dari BU dan PBI yang dibentuk dalam kongres tanggal
24 – 26 Desember 1935 di Solo dengan ketua Dr. Sutomo. Tujuannya adalah Indonesia
Raya. Parindra menganut asas perjuangan kooperasi tetapi kadang-kadang juga
nonkooperasi.
13. MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia)
MIAI dibentuk 25 September 1937 di Surabaya dengan tokohnya K.H. Mas Mansyur,
K.H. Dahlah, dan K.H. Abdul Wahab. Tujuan MIAI adalah mempererat hubungan
antarorganisasi Islam Indonesia maupun luar negeri serta mempersatukan langkah dan
suara untuk membela kejayaan Islam.
14. Gapi (Gabungan Politik Kebangsaan Indonesia)
Gapi dibentuk atas prakarsa Parindra tahun 1939 dan yang menjadi anggota adalah
Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSJI, Gerindo, dan PNI. Pengurus hariannya
adalah Abikoesno Tjokrosoejoso, Amir Sjarifuddin, dan Husni Thamrin.
BAB   III
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
A.  LATAR BELAKANG JEPANG MENGUASAI INDONESIA
Bulan Agustus 1940, dalam Perang Dunia II, sebagian wilayah negara Belanda sudah
dikuasai Jerman. Sebagai jajahan Belanda, Indonesia dinyatakan berada dalam keadaan
perang. Saat itulah GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya
perubahan ketatanegaraan di Indonesia menggunakan hukum tata negara dalam masa genting
(Nood Staatsrecht). Isi resolusi tersebut adalah mengubah Volksraad menjadi parlemen sejati
yang anggotanya dipilih dari rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi
menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Resolusi tersebut dikirimkan
kepada Gubernur Jenderal, Ratu Wilhelmina, dan Kabinet Belanda yang pada saat itu berada
di London.
Pada saat yang bersamaan, Jepang telah menduduki wilayah beberapa negara di Asia
Tenggara. Kedudukan Belanda di Indonesia pun terancam. Dengan kampanye 3A, kedudukan
Jepang di Asia makin kuat. Sementara itu, tindakan pemerintah kolonial Belanda yang keras
kepala semakin meyakinkan kaum pergerakan nasional bahwa selama Belanda berkuasa,
bangsa Indonesia tidak akan pernah memperoleh kemerdekaannya. Akibatnya, kampanye
Jepang yang mengumandangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia mendapat simpati yang
besar dari rakyat Indonesia.
Dalam rangka menguasai Indonesia, Jepang menyerang markas-markas Belanda di
Tarakan, Sumatra, dan Jawa. Pada tanggal 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia
Belanda Letnan Jenderal H. Ter Poorten, atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia,
menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Penyerahan tanpa syarat tersebut ditandai dengan persetujuan Kalijati yang diadakan di
Subang, Jawa Barat. Isi persetujuan tersebut adalah penyerahan hak atas tanah jajahan
Belanda di Indonesia kepada pemerintahan pendudukan Jepang. Artinya, bangsa Indonesia
memasuki periode penjajahan yang baru.
Meski kedatangannya, seperti juga Belanda, adalah untuk tujuan menjajah, Jepang
diterima dan disambut lebih baik oleh bangsa Indonesia. Berikut alasan yang melatarbelakangi
perbedaan sikap tersebut.
1. Jepang menyatakan bahwa kedatangannya di Indonesia tidak untuk menjajah, bahkan
bermaksud untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.
2. Jepang melakukan propaganda melalui Gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung
Asia, dan Jepang pemimpin Asia).
3. Jepang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang dengan maksud
hendak membebaskan rakyat Indonesia.
4. Adanya semboyan Hakoo Ichiu, yakni dunia dalam satu keluarga dan Jepang adalah
pemimpin keluarga tersebut yang berusaha menciptakan kemakmuran bersamA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar